Jendela DUNIA-Sejak 6 Januari lalu, trofi Piala Dunia kembali menyambangi Jakarta. Warga dengan antusias hadir untuk 'menemui' benda bersejarah tersebut. Mereka juga mendapat kesempatan untuk berfoto bersama dengan trofi yang akan diperebutkan oleh 32 negara di Brasil, Juni 2014 nanti.
Trofi tersebut dipamerkan di Jakarta Convention Center, Senayan, hingga 8 Januari 2014. Selanjutnya, mahakarya pematung asal Italia itu akan diterbangkan ke Chile.
"Bisa dipastikan, trofi
yang kami bawa asli. Piala Dunia memiliki dua trofi, Jules Rimet dan
yang saat ini diperebutkan," kata Brand Manager Coca Cola Company,
Annamaria Gazda baru-baru ini.
"Trofi Piala Dunia ini hanya bisa dibawa oleh pemenang beberapa saat saja. Mereka tak boleh menyimpannya karena sudah sesuai aturan FIFA ini harus dikembalikan. Pemenang akan mendapatkan replika berlapis emas, bukan emas padat," jelas perwakilan FIFA, Dwight Yorke.
Trofi yang dipamerkan di JCC sebenarnya bukanlah trofi pertama Piala Dunia. Saat pertama kali digelar di Uruguay, 1930 silam, trofi hanya seberat 3,8 kg dengan tinggi sekitar 35 cm. Desainnya juga jauh berbeda, yakni terilhami dewi kemenangan Yunani, Nike. Bentuk dari trofi seperti seorang wanita yang sedang memanggul sebuah cawan. Wanita itu memiliki sayap seperti seorang peri. Di bagian bawah, terdapat nama-nama negara pemenang Piala Dunia.
Trofi pertama terbuat dari perak murni dan berlapis emas, dengan dasar bitu yang terbuat dari batu lapis lazuli. Desain trofi ini dibuat oleh seorang seniman asal Perancis bernama, Abel Lafteur. Awalnya, di era 1930 hingga 1945 trofi ini dikenal dengan nama "Victory". Publik hanya mengenal trofi ini dengan nama "World Cup" atau "Coupe du Monde".
Namun, pada 1946, trofi ini berganti nama dengan Jules Rimet, mengadopsi nama Presiden FIFA era 1921 hingga 1954 asal Perancis, Jules Rimet. Di tahun yang sama, Rimet menerapkan aturan baru yang akan diterapkan pada Piala Dunia 1950.
Rimet menyusun sebuah aturan Piala Dunia yang lebih rumit pada Piala Dunia pertama setelah Perang Dunia II itu. Di edisi 1950, tim-tim peserta, sebelumnya harus lolos kualifikasi sebelum bertarung di putaran final.
"Trofi Piala Dunia ini hanya bisa dibawa oleh pemenang beberapa saat saja. Mereka tak boleh menyimpannya karena sudah sesuai aturan FIFA ini harus dikembalikan. Pemenang akan mendapatkan replika berlapis emas, bukan emas padat," jelas perwakilan FIFA, Dwight Yorke.
Trofi yang dipamerkan di JCC sebenarnya bukanlah trofi pertama Piala Dunia. Saat pertama kali digelar di Uruguay, 1930 silam, trofi hanya seberat 3,8 kg dengan tinggi sekitar 35 cm. Desainnya juga jauh berbeda, yakni terilhami dewi kemenangan Yunani, Nike. Bentuk dari trofi seperti seorang wanita yang sedang memanggul sebuah cawan. Wanita itu memiliki sayap seperti seorang peri. Di bagian bawah, terdapat nama-nama negara pemenang Piala Dunia.
Trofi pertama terbuat dari perak murni dan berlapis emas, dengan dasar bitu yang terbuat dari batu lapis lazuli. Desain trofi ini dibuat oleh seorang seniman asal Perancis bernama, Abel Lafteur. Awalnya, di era 1930 hingga 1945 trofi ini dikenal dengan nama "Victory". Publik hanya mengenal trofi ini dengan nama "World Cup" atau "Coupe du Monde".
Namun, pada 1946, trofi ini berganti nama dengan Jules Rimet, mengadopsi nama Presiden FIFA era 1921 hingga 1954 asal Perancis, Jules Rimet. Di tahun yang sama, Rimet menerapkan aturan baru yang akan diterapkan pada Piala Dunia 1950.
Rimet menyusun sebuah aturan Piala Dunia yang lebih rumit pada Piala Dunia pertama setelah Perang Dunia II itu. Di edisi 1950, tim-tim peserta, sebelumnya harus lolos kualifikasi sebelum bertarung di putaran final.
Dan pada putaran final,
untuk kali pertama di Piala Dunia menggunakan sistem grup, bukan gugur
seperti yang telah digunakan pada edisi 1930, 1934, dan 1938. Hingga
sekarang, aturan itu tetap dipertahankan oleh FIFA.
Selain menerapkan aturan baru di Piala Dunia, Rimet juga mengusulkan agar trofi diberikan kepada negara yang sudah memenangi Piala Dunia sebanyak tiga kali. Akhirnya, trofi Jules Rimet jatuh ke tangan Brasil setelah mereka memenangkan tiga edisi Piala Dunia di 1958, 1962, dan 1970. Selain Brasil, ada empat negara lagi yang memegang trofi Jules Rimet, yakni Uruguay (1930 dan 1950), Italia (1934 dan 1938), Jerman Barat (1954), dan Inggris (1966).
Jules Rimet Menghilang Selamanya
Selain menerapkan aturan baru di Piala Dunia, Rimet juga mengusulkan agar trofi diberikan kepada negara yang sudah memenangi Piala Dunia sebanyak tiga kali. Akhirnya, trofi Jules Rimet jatuh ke tangan Brasil setelah mereka memenangkan tiga edisi Piala Dunia di 1958, 1962, dan 1970. Selain Brasil, ada empat negara lagi yang memegang trofi Jules Rimet, yakni Uruguay (1930 dan 1950), Italia (1934 dan 1938), Jerman Barat (1954), dan Inggris (1966).
Jules Rimet Menghilang Selamanya
Sederet kisah unik
mewarnai perjalanan trofi Jules Rimet. Trofi ini diketahui sudah
menghilang sebanyak dua kali. Pertama kali menghilang, seperti dilansir
situs resmi FIFA, saat dipajang sebagai bagian dari persiapan menuju
Piala Dunia Inggris 1966 silam. Usut punya usut, ternyata ada satu pihak
yang tidak sengaja membuang trofi itu.
Beruntung, seekor anjing yang bernama Pickles menemukan trofi ini dan mengembalikannya. Atas jasanya, Pickles serta pemiliknya akhirnya diberikan hadiah sebesar 6 ribu poundsterling.
Sebelumnya, ada lagi peristiwa unik lainnya. Saat Perang Dunia II berkecamuk, mendiang Wakil Presiden FIFA, Ottorino Barassi, sempat menyembunyikan trofi Jules Rimet di dalam kotak sepatunya dan ditempatkan di bawah kasur. Tujuan Barassi ketika itu adalah untuk melindungi trofi agar tidak dicuri pasukan-pasukan musuh yang masuk ke wilayah Italia.
Sayang, Trofi Jules Rimet akhirnya harus hilang selama-lamanya pada 20 Desember 1983. Ketika itu, trofi Jules Rimet berada di kantor Federasi Sepakbola Brasil (CBF) yang terletak di Rio de Janeiro. Sebenarnya, pengamanan untuk trofi itu cukup ketat. Di sekelilingnya, kaca antipeluru melindungi trofi Jules Rimet. Tapi, tetap saja, trofi itu hilang tanpa jejak. Disinyalir, trofi Jules Rimet hilang dicuri. Dan hingga sekarang keberadaan Jules Rimet tidak diketahui.
Mahakarya Silvio Gazzaniga
Setelah trofi Jules Rimet
jatuh ke tangan Brasil, FIFA pun membuat sayembara untuk para seniman
di seluruh dunia agar membuat desain trofi terbaru. Dan akhirnya desain
dari seniman asal Italia, Silvio Gazzaniga, terpilih sebagai trofi baru
Piala Dunia hingga saat ini.Beruntung, seekor anjing yang bernama Pickles menemukan trofi ini dan mengembalikannya. Atas jasanya, Pickles serta pemiliknya akhirnya diberikan hadiah sebesar 6 ribu poundsterling.
Sebelumnya, ada lagi peristiwa unik lainnya. Saat Perang Dunia II berkecamuk, mendiang Wakil Presiden FIFA, Ottorino Barassi, sempat menyembunyikan trofi Jules Rimet di dalam kotak sepatunya dan ditempatkan di bawah kasur. Tujuan Barassi ketika itu adalah untuk melindungi trofi agar tidak dicuri pasukan-pasukan musuh yang masuk ke wilayah Italia.
Sayang, Trofi Jules Rimet akhirnya harus hilang selama-lamanya pada 20 Desember 1983. Ketika itu, trofi Jules Rimet berada di kantor Federasi Sepakbola Brasil (CBF) yang terletak di Rio de Janeiro. Sebenarnya, pengamanan untuk trofi itu cukup ketat. Di sekelilingnya, kaca antipeluru melindungi trofi Jules Rimet. Tapi, tetap saja, trofi itu hilang tanpa jejak. Disinyalir, trofi Jules Rimet hilang dicuri. Dan hingga sekarang keberadaan Jules Rimet tidak diketahui.
Mahakarya Silvio Gazzaniga
Dari 53 desain yang diajukan, akhirnya FIFA memilih rancangan Gazzaniga, untuk trofi pengganti dari Jules Rimet. Trofi rancangan dari Ganzzaniga secara resmi diperebutkan pada Piala Dunia 1974, di Jerman Barat.
Desain trofi dari Gazzaniga diklaim oleh FIFA lebih sederhana dan cukup menggambarkan semangat dari Piala Dunia. Dalam trofi itu, muncul dari dasar piala beberapa guratan dan terus naik membentuk spiral.
Tergambar pula ada dua orang atlet yang seakan sedang menyambut bola dunia. Gambaran itu ternyata memiliki arti sebagai perayaan momen kemenangan. Di sisi bawahnya, terdapat nama-nama negara pemenang Piala Dunia FIFA sejak 1974. Trofi ini memiliki dimensi tinggi 36,8 sentimeter atau 14,5 inchi. Berat dari trofi ini mencapai 6,175 kilogram.
Produsen trofi adalah perusahaan trofi dan medali asal Italia, GDE Bertoni. Mahakarya Gazzaniga diklaim terbuat dari emas berkadar 18 karat. Bagian dasarnya terdiri dari dua lapis semi perunggu. Dan spesifikasi itu sudah diverifikasi oleh ahli kimia asal Inggris, Martyn Poliakoff.
Hingga sekarang, Ganzzaniga diketahui masih hidup. Saat ini sang seniman telah menginjak usia yang 92 tahun. "Sang pencipta tidak bisa diikutsertakan dalam tur ini. Dia sudah sangat tua dan tidak mungkin melakukan perjalanan jauh berkeliling ke 90 negara," ujar Gazda.
0 komentar:
Posting Komentar