Shandra Woworuntu menceritakan kelamnya perbudakan seks di AS. Tahun 2001, Shandra baru saja kehilangan pekerjaannya sebagai analis keuangan di sebuah bank di Jakarta akibat krisis ekonomi di Asia.
Shandra tergiur dengan iklan lowongan kerja di Chicago. Dia mengajukan lamaran, membuat visa dan berangkat ke AS.
"Saya sangat senang. Saya pikir itu adalah impian Amerika. Saya bisa pergi ke AS, mengumpulkan uang dan kembali dalam enam bulan," kata Shandra kepada AFP.
Nyatanya pekerjaan impian itu tak ada. Shandra malah dipaksa bekerja sebagai pelacur. Dia diperlakukan seperti budak seks.
Shandra yang saat itu berusia 25 tahun berpindah dari satu germo ke germo lain. Dia dipaksa melayani tamu di hotel-hotel dan kasino.
"Telepon dari pemesan tak pernah berhenti berdering," kata dia menceritakan kisah kelam itu.
Shandra mengingat seorang germo bernama Johnnie Wong, warga Malaysia. Lalu ada germo dari Taiwan, bahkan orang Amerika.
Mereka disekap dalam ruang tertutup dan dijaga banyak pengawal. Shandra mengingat kebanyakan korban pelacuran ini adalah remaja.
Shandra akhirnya bisa melarikan diri lewat jendela kamar mandi. Dia melapor ke polisi dan FBI, tapi mereka tak percaya. Akhirnya Shandra malah jatuh ke tangan mucikari lain.
Shandra akhirnya bisa diselamatkan setelah melapor ke organisasi Safe Horizon. Sebuah lembaga yang melindungi korban perbudakan seks dan perdagangan manusia.
Shandra kini aktif menentang perbudakan seks. Dia berharap peristiwa buruk yang menimpa dirinya tak terjadi pada orang lain.
0 komentar:
Posting Komentar